: Pucuk tebu, sapi potong
PEMANFAATAN
PUCUK TEBU SEBAGAI PAKAN SAPI POTONG
Untuk menekan biaya pakan telah dilakukan penelitian terhadap pemanfaatan limbah pabrik gula, pucuk tebu sebagai pakan ternak sapi potong. Penelitian ini menggunakan 18 ekor sapi sebagai sampel yang dibagi menjadi 3 kelompok. Kadar pakan puncak tebu 0,15 kg dan 30 kg, untuk setiap kelompok sampel dicampur dengan pakan lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa formula nutrisi III (30 kg “Rumput Gajah”, 12 kg Naungan, Dedak 6 kg, Fosfor 6 gr dan, Starbio 30 kg) dapat meningkatkan bobot 0,213 kg per hari. Hasil analisis kerja dengan metode input-output nilai menunjukkan B / C ratio sebesar 1,09 atau sebesar Rp. 41.235 / ekor / bulan
Tabel 1. Produksi Limbah Pucuk Tebu di Pabrik
Gula Bone, Camming,
PG Takalar.
Uraian |
Satuan |
PG Bone |
PG Camming |
PG Takalar |
Luas |
Ha |
3.309,85 |
3.307,40 |
6.000,00 |
Tebu |
Ton |
90.284,00 |
79.073,50 |
220.402,70 |
Pucuk tebu*) |
Ton |
12.646,00 |
7.109,02 |
30.856,37 |
Keterangan: PTP
Nusantara XIV (Persero), 2000
*) Diasumsikan rendemen pucuk tebu 14%, ampas tebu 33%, Blotong dan tetes 3,5%.
Potensi yang demikian besar belum dimanfaatkan peternak sebagai pakan ternak. Menurut
SIREGAR et al. (1992) pemanfaatan limbah pertanian untuk pakan ternak ruminansia baru sekitar
39% dari potensinya. Selebihnya dibuang, dibakar atau untuk keperluan nonternak. Belum termanfaatkannya limbah pertanian secara optimal disebabkan waktu panen yang tidak kontinu, hanya pada bulan-bulan tertentu saja. Menurut BASYA (1984) masa tersedianya pucuk tebu di Indonesia adalah bulan April sampai bulan Nopember dengan puncak ketersediaan dari bulan Juni sampai September. Akibatnya pucuk tebu belum dimanfaatkan secara maksimal mengingat kendala yang dihadapi berkaitan dengan ketersediaan pucuk tebu. Selain itu, seperti umumnya limbah pertanian pucuk tebu memiliki nilai nutrisi dan biologis yang cukup rendah. Hal ini disebabkan oleh tanaman pertanian tersebut dipanen pada saat hasil utamanya telah mencapai tingkat kematangan yang diinginkan (MATHIUS, 1993). Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan kualitas limbah pertanian, baik dengan cara fisik maupun biologis tetapi cara-cara tersebut biasanya disamping mahal, hasilnya juga kurang memuaskan. Secara kimiawi meningkatkan residu yang mempunyai efek buruk sedangkan cara biologis memerlukan peralatan yang mahal (karena harus anaerob) dan hasilnya kurang disukai ternak (karena bau amonia yang menyengat). Cara baru yang relatif murah dan hasilnya sangat disukai ternak adalah fermentasi dengan “Mikroorganisme (Starbio)”. Penggunaan mikroorganisme pada pakan ternak sapi potong dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas pakan tersebut sehingga efisiensi penggunaannya menjadi lebih baik selain itu dapat di simpan dalam waktu yang lama dan digunakan pada saat paceklik atau musim kemarau panjang.
MATERI
DAN METODE
Penelitian pucuk tebu sebagai pakan
sapi potong dilaksanakan di lokasi Station IPPTP Gowa,
Sulawesi Selatan. Ternak sapi Bali yang digunakan
sebanyak 18 ekor yang terbagi dalam
3 kelompok. Masing-masing kelompok terdiri
dari 6 ekor sebagai kontrol
dan 12 ekor dalam kelompok perlakuan.
Paket teknologi
yang diujicobakan dilokasi tersebut
dengan pemanfaatan
pucuk tebu dengan “Mikroorganisme (Starbio)”.
Pembuatan fermentasi pucuk tebu
Bahan:
• Pucuk tebu 1 ton
• Koloni mikroba (Starbio) 6 kg
• Urea 6 kg
• Air secukupnya (kelembaban 60%)
Komentar
Posting Komentar